Minggu, 27 Oktober 2019

KISAH UZAIR


UZAIR

Uzair masuk ke dalam kebunnya. ternyata, kebun itu dipenuhi pohon- pohon yang hijau, rimbun, berbuah banyak dan mudah dipetik. burung-burung ramai bernyanyi. uzair menghabiskan waktunya menikmati suasana damai, menghirup nuansa keindahan di dalam kebun. kemudian ia mengisi satu keranjangnya dengan anggur dan keranjang lainnya dengan buah tin. tak lupa Ia pun membawa beberapa Potong Roti, dan kemudian menaiki keledai nya untuk pulang ke rumah.
ketika memikirkan rahasia penciptaan alam dan merenungi keagungan wujud, tiba-tiba ia tersesat jalan. Iya tak dapat mengenali jalannya. semuanya tampak kacau. arahnya tampak samar. tanpa disadarinya, Iya telah berada di tengah-tengah perkampungan yang hancur. Tak ada yang tersisa dari perkampungan itu selain reruntuhan bangunan dan bekas-bekas kehidupan. piring-piring tampak berserakan di antara tulang belulang yang remuk dan tubuh-tubuh yang hancur.
uzair turun dari keledainya, meletakkan dua keranjangnya, dan menambatkan keledainya. kemudian ia menyandarkan punggungnya ke sebuah dinding hingga kesadarannya terkumpul dan kekuatan serta pikirannya pulih kembali. ia beristirahat disana menikmati semilir angin yang bertiup sepoi-sepoi. Iya lepaskan seluruh kebingungan menutupi pikirannya dan mulai merenung. Iya memikirkan tentang bagaimana mayat-mayat itu akan dibangkitkan, Bagaimana tubuh tubuh yang telah hancur itu akan dihidupkan Setelah semuanya dimakan tanah dan menjadi debu yang dibasahi hujan.
pikiran uzair menemui jalan buntu. Iya tak mampu merenungkan semua kemungkinan itu. kedua matanya mulai terpejam, lututnya lemas dan kemudian ia memasuki alam mimpi, seakan-akan sedang menyusul orang-orang yang telah berada di alam kubur.
100 tahun berlalu. anak-anak telah menjadi tua orang-orang telah mati meninggalkan dunia. bangsa-bangsa telah hilang dan berbagai bangunan telah hancur. sementara itu, tulang belulangnya telah bercerai berai dan persendiannya telah lepas. Allah berkehendak untuk menjadikan Uzair sebagai penerang kepada manusia. Iya ditugaskan untuk menjelaskan masalah hangat diperdebatkan orang-orang, masalah yang tidak terjawab dengan jelas. mereka terus berselisih mengenai masalah itu dan mencoba mengatasinya dengan hukum indrawi yang bisa dicerna oleh Indra dan penglihatan mereka. Allah ingin menjadikan uzair sebagai bukti yang jelas mengenai kebangkitan manusia setelah kematian.
Allah mengumpulkan tulang-tulang Uzair, lalu menyempurnakan penciptaannya dan meniupkan ruh padanya. tiba-tiba uzair bangun, dengan bentuk yang sempurna dan bahkan lebih segar. Ia merasa seakan-akan baru terbangun dari tidur yang pendek. Ia segera mencari keledainya serta memeriksa makanan dan minumannya.
sesosok malaikat mendekatinya dan menanyainya bertanya, " menurutmu, Berapa lama kau tidur, wahai uzair?"
uzair yang belum sempat minum dan berpikir menjawab, " aku tidur sehari atau setengah hari."
malaikat itu berkata, " tidak. Sesungguhnya engkau telah tidur selama 100 tahun di tempat ini. hujan telah menyirami mu, air mengguyur mu, angin menerpamu dan waktu telah beranjak jauh melintasi mu. bersama tahun-tahun yang panjang dan zaman yang silih berganti, makananmu masih utuh, minumanmu pun tak berubah. tetapi lihatlah keledai mu, kau lihat tulang-belulangnya telah hancur dan semua persendiannya telah lepas. Allah Azza wa Jalla hendak memperlihatkan kepadamu bagaimana dia membangkitkan kembali tulang-belulang itu, bagaimana dia menghidupkannya, lalu mengembuskan ruh kehidupan kepadanya. semua itu ditunjukkan agar kau merasa tenang dan semakin meyakini kebangkitan; agar imanmu tentang hari kiamat semakin kuat, juga untuk menjadikanmu tanda-tanda kekuasaan Allah bagi manusia, yang akan mengeluarkan mereka dari gelap kesesatan dan keraguan serta menjelaskan dasar-dasar keimanan yang samar bagi mereka."
uzair menoleh, ternyata keledai miliknya, yang semula tinggal tulang belulang, kini berdiri di atas empat kakinya, lengkap dengan tanda & ciri cirinya. keledai Itu tampak hidup dan segar. maka uzair berkata, " aku yakin Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Uzair mengambil keledainya dan segera menyusuri jalan menuju rumahnya. meskipun tanda-tanda jalan dan berbagai bangunan di sekitar tempat itu telah berubah, Iya masih bisa mengenalinya. iya mulai mengingat-ingat masa lalunya, seperti orang yang mengingat-ingat mimpi yang dilihatnya tadi malam. akhirnya, Iya tiba di rumahnya.
Setibanya di sana, Uzair melihat seorang nenek-nenek yang tak bisa berdiri dengan tegak. tulang-tulangnya telah rapuh dan otot-ototnya telah lemah. nenek Renta itu masih bertahan hidup meski usianya beranjak semakin tua menuju ajal. penglihatan nenek tua itu telah buta. setelah diperhatikan dengan seksama, ternyata Ia adalah budak perempuan uzair, yang saat ditinggalkan masih anak-anak.
Uzair bertanya kepada si nenek, " Apakah ini rumah Uzair?"
" benar. uzair," jawab si nenek dengan suara lemah seperti tercekik. tiba-tiba ia menangis tersedu-sedu. air matanya jatuh berderai. nenek itu berkata lagi, " uzair telah pergi dan orang-orang telah melupakannya. Sudah lama aku tidak menjumpai orang yang berbicara tentang uzair, baru saat ini aku mendengarnya namanya disebut kembali."
Uzair berkata, " Aku adalah Uzair. Allah telah mematikan ku selama 100 tahun. kemudian dia sekarang membangkitkanku pada wujud dan menghidupkanku kembali."
nenek tua itu terguncang dan langsung membantah pengakuan uzair. ia berkata tegas, "Uzair adalah lelaki Saleh yang doanya selalu dikabulkan. setiap kali ia meminta sesuatu, Allah pasti mengabulkannya. setiap kali ia memintakan kesembuhan bagi orang yang sakit, pasti Allah bukan si sakit. jika kau memang benar uzair, berdoalah kepada Allah agar dia menyembuhkan tubuhku dan mengembalikan penglihatanku.
uzair kemudian berdoa kepada Allah, dan tiba-tiba pandangan nenek tua itu kembali sehat seperti sedia kala bahkan tubuhnya tampak lebih sehat dan lebih segar. nenek tua itu mencium kedua tangan dan kaki uzair, kemudian iya bergegas pergi menemui Bani Israil.
Di antara kaum Bani Israil itu terdapat anak cucu Uzair yang sebagian di antaranya telah berusia 80 tahun, sedang sebagiannya berusia 50-an. ada juga beberapa saudara Uzair yang sudah sangat rentang, nyaris tak bisa melakukan apa-apa. nenek itu berteriak-teriak, "Uzair yang kurang lebih 100 tahun lalu telah hilang, kini dikembalikan lagi oleh Allah dalam rupa lelaki yang wajahnya lebih segar dan lebih muda."
uzair muncul menemui mereka dalam penampilan seorang lelaki yang mudah dan gagah. mereka mengingkari bahwa yang berdiri di hadapan mereka adalah uzair. namun mereka penasaran mendengar cerita si nenek sehingga mereka ingin mengujinya membuktikan kebenaran ucapannya.
seorang anak Uzair berkata, " bapakku mempunyai tanda di pundaknya yang dengan tanda itu ia bisa dibedakan dan dikenali." Mereka kemudian memeriksa pundak uzair, ternyata Tanda itu ada di sana persis seperti yang diketahui anaknya, juga seperti yang didengar cucu-cucunya. namun mereka masih penasaran dan ingin merasa lebih yakin. masih ada keraguan yang meliputi pikiran mereka. karena itu, ketua mereka berkata, " kami mendapat cerita bahwa sejak nebukadnezar datang ke Baitul Maqdis dan sejak Taurat terbakar, di muka bumi hanya tinggal segelintir orang yang hafal Taurat. di antara mereka adalah uzair. Jika kau benar Uzair, bacakanlah kepada kami apa yang dulu engkau hafal.
uzair menceritakan peristiwa itu kemudian mengakhirinya dengan Taurat yang ia hafal tanpa mengurangi, mengubah atau menggantinya sedikitpun.
berangsur-angsur mereka mulai mempercayai ceritanya. kemudian mereka merangkulnya seperti perasaan haru. Namun, karena kekerasan hati mereka, peristiwa itu tidak membuat mereka semakin beriman, melainkan justru membuat mereka semakin kafir. dengan mantap mereka berkata. " uzair itu Putera Allah."

Sumber : Buku Induk Kisah-kisah Al-Qur’an



.post-body{-webkit-touch-callout:none;-webkit-user-select:none;-moz-user-select:none;-ms-user-select:none;-o-user-select:none;user-select:none}

Rabu, 16 Oktober 2019

KISAH PERNIKAHAN NABI ADAM DENGAN IBU HAWA


PERNIKAHAN  NABI  ADAM  DENGAN  IBU  HAWA

Hasil gambar untuk pernikahan adam dan hawa

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Allah menciptakan dan menempatkan Adam di surga pada hari Jum’at, begitu juga mengeluarkannya dari sana. Pada hari Jum’at pula Adam bertobat kepada Allah. Oleh karena itu, pada hari Jum’at terdapat saat untuk berdoa yag mustajab.

Seusai Adam tercipta, ia tak menemui satu makhluk pun yang sejenis dengannya. Ia aksana burung yang melayang bersama bayang-bayangnya. Ia merasa kesepian. Ketika tengah dudu-duduk seorang diri, tiba-tiba ia diusap kantuk. Saat itulah Allah emnciptakan seorang wanita, yakni Hawa a.s. Ia menghimpun pada diri Hawa a.s. seluruh unsur kecantikan dan keanggunan, kesejukan tatapan mata dan kesucian kebersihan, yang semuanya itu akan terdapat pada hari kiamat.

Dengan begitu, ia menjadi satu-satunya wanita yang paling cantik di seantero bumi dan langit. Begitupun semua unsur cinta dan perasaan rindu dan kasih sayang, Allah himpun di relung kalbu Adam a.s. sehingga menjadi orang yang paling banyak dan paling dalam rasa cintanya terhadap seorang wanita, yaitu Hawa a.s. Suatu rasa cinta yang tidak dimiliki oleh semua lelaki di dunia.

Kemudian, Allah memakaikan pada hawa tujuh puluh perhiasan surgawi nan indah. Ia duduk di ats kursi emas berlian. Adam terkejut demi bangun dari tidurnya melihat sesosok wanita rupawan.
“Siapa Anda?” tanya Adam.
“Aku diciptakan oleh Allah untukmu.” Jawab Hawa.
“Kalau begitu kemarilah!” ucap Nabi Adam.
“Tidak!” Hawa menjawab.” .... engkaulah yang ke sini.”

Adam bangkit mendekat. Mulai saat itu, berjalan suatu adat kebiasaan, lelakilah yang mendatangi seorang wanita, bukan sebaliknya.

“Hai Adam, bersabarlah. Ia belum halal sebelum engkau menikahinya.” Adam tiba-tiba mendengar suara itu di kala akan menjulurkan tangannya.
Selanjutnya Allah menitahkan segenap penghuni surga untuk menghias surga serta mempersiapkan aneka hidangan untuk memeriahkan pernikahan Adan dan Hawa. Sedang Malaikat langit berkumpul di bawah pohon thuba. Mulailah Allah menikahkan mereka.

“Segala puji hanya bagi-Ku, Keagungan adalah pakaian-Ku. Kesombongan (bangga diri) adalah selendang-Ku, dan makhluk-makhluk adalah abdi-Ku. Kunikahkan Adam dan Hawa, suatu jenis makhluk yag paling rendah, dengan maskawin bertahlil serta bertasbih kepada-Ku. Dan Kujadikan para malaikat dan para penghuni surga sebagai saksi.

Setelah itu mereka menyerahkan Hawa kepada Adam. Ia menerima sambil berkata : “Ya Tuhanku, apa maskawin yang harus kuberikan kepadanya? Emas, perak, atau intan kumala?”
“Bukan.” Rabbul, Izzati menjawab.
“Kalau begitu, apa?”
“Maskawinmu adalah membaca shalawat sepuluh kali kepda Rasul-Ku Muhammad, penutup para Rasul dan penghuu sekalian Nabi.

Kisah ini menyiratkan bahwa Allah swt. memerintahkan Adam untuk membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw. sebagai maskawin, sehingga Hawa menjadi halal baginya. Dan dia juga menganjurkan ummat Muhammad saw. membaca shalawat kepadanya sehingga Dia mengharamkan mereka masuk neraka. Juga ia menganjurkan agar banyak mengucapkan salam untuk beliau, sehingga Dia menghalalkan mereka masuk surga.


Selasa, 15 Oktober 2019

HUKUM BELAJAR ILMU TAJWID



HUKUM BELAJAR ILMU TAJWID


Hal yang utama dari belajar membaca alquran adalah juga belajar tajwid al-quran. Pada tahapan belajar, atau pada ilmu tajwid dasar dipelajari ketika kita sudah mengetahui huruf huruf alquran atau huruf huruf hijaiyah, serta kita sudah bisa membaca huruf huruf tersebut. Hukum nun mati, hukum mim mati, alif lam syamsiah serta hukum mad menjadi hal mendasar untuk kita pelajari.
Apakah Itu Tajwid Alquran ? tajwid alquran adalah tata cara membaca alquran dengan baik dan benar, sesui dengan kaidah-kaidah membaca alquran.
Dalam ilmu keislaman khususnya di bidang membaca alquran dikenal dengan ilmu tajwid.
Tajwīd (تجويد) secara harfiah bermakna melakukan sesuatu dengan baik dan indah atau bagus dan membaguskan, dalam bahasa arab, tajwid berasal dari kata Jawwada (جوّد-يجوّد-تجويدا).
Menurut ilmu qiro’ah tajwid juga berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya.
Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci al-Quran maupun bukan
.Pengertian lain dari ilmu tajwid ialah menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan sempurna dari tiap-tiap bacaan ayat al-Quran. Para ulama menyatakan bahwa hukum bagi mempelajari tajwid itu adalah fardhu kifayah tetapi mengamalkan tajwid ketika membaca al-Quran adalah fardhu ain atau wajib kepada lelaki dan perempuan yang mukallaf atau dewasa.

HUKUM-HUKUM DALAM BELAJAR TAJWID AL-QURAN

MACAM – MACAM HUKUM TAJWID

HUKUM BACAAN NUN MATI/ TANWIN – BELAJAR TAJWID AL-QURAN

Nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) jika bertemu dengan huruf-huruf hijaiyyah, hukum bacaannya ada 5 macam, yaitu:

IZHAR (إظهار) DAN HURUF IZHAR

Izhar artinya jelas atau terang. Apabila ada nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ)bertemu dengan salah satu huruf halqi (ا ح خ ع غ ه ), maka dibacanya jelas/terang.

IDGHAM (إدغام) DAN HURUF IDGHAM

Idgham Bighunnah (dilebur dengan disertai dengung)
Yaitu memasukkan/meleburkan huruf nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ)kedalam huruf sesudahnya dengan disertai (ber)dengung, jika bertemu dengan salah satu huruf yang empat, yaitu: ن م و ي
Idgham Bilaghunnah (dilebur tanpa dengung)
Yaitu memasukkan/meleburkan huruf nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ)kedalam huruf sesudahnya tanpa disertai dengung, jika bertemu dengan huruf lam atau ra (ر، ل)

IQLAB (إقلاب) DAN HURUF IQLAB

Iqlab artinya menukar atau mengganti. Apabila ada nun mati atau tanwin(ـًـٍـٌ / نْ) bertemu dengan huruf ba (ب), maka cara membacanya dengan menyuarakan /merubah bunyi نْ menjadi suara mim (مْ), dengan merapatkan dua bibir serta mendengung.

IKHFA (إخفاء) DAN HURUF IKHFA

Ikhfa artinya menyamarkan atau tidak jelas. Apabila ada nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ /نْ) bertemu dengan salah satu huruf ikhfa yang 15,  ta'(ت), tha’ (ث), jim (ج), dal (د), dzal (ذ), zai (ز), sin (س), syin (ش), sod (ص), dhod (ض), tho (ط), zho (ظ), fa’ (م), qof (م), dan kaf (ك)
Jika merunut secara bahasa, Ikhfa’ memiliki arti samar. Samar dalam hal ini adalah samar dalam mengucapkan bacaan antara Izhar dan Idghom. Ada juga yang mengatakan samar dalam hal suara Nun Mati yang ada pada bacaan terkait.
Walaupun demikian, secara kesimpulan tetap sama, yakni samar.
Dalam pengertian hukum tajwid, Ikhfa’ adalah satu hukum yang disematkan pada bacaan nun mati atau tanwin ketika bertemu dengan salah satu di antara 15 huruf hijaiyah. Huruf-huruf ini yang nanti menjadi topik bahasan dalam artikel ini. Termasuk contoh dan bagaimana cara membacanya.
Ikhfa’ sendiri tidak hanya menjadi hukum yang ada pada bahasan Nun Mati dan Tanwin. Ikhfa’ juga ada pada bagian pembahasan Mim Mati, namun nama Ikhfa’-nya diberi tambahan Syafawi. Tambahan tersebut adalah tanda yang menunjukkan bahwa Ikhfa’ yang dimaksud adalah Ikhfa’ dalam pembahasan Mim Mati, bukan Nun Mati dan Tanwin.

SUARA GHUNNAH PADA BACAAN IKHFA

Ikhfa’ adalah membunyikan samar-samar antara Idzhar dan Idghom. Secara posisi bacaan, Ikhfa’ ada di tengah-tengah. Karena bacaan Ikhfa’ ini memiliki idghom yang samar, maka suara ghunnah yang dibawa Idghom juga dimunculkan di sini.
Iya, Ikhfa’ memiliki ghunnah yang samar-samar.
Lalu berapa panjang ghunnah pada Ikhfa’? Ghunnah pada bacaan Ikhfa’ ini memiliki panjang dua harakat. Sehingga perlu teliti benar orang yang membaca Al-Quran memperhatikan hal ini baik-baik. Sebab tidak jarang, orang yang membunyikan bacaan Ikhfa’ tanpa memperhatikan panjang dengungnya.
Bahkan banyak yang cara membacanya seperti tanpa dengung dan langsung lanjut begitu saja.
Maka dibacanya samar-samar, antara jelas dan tidak (antara izhar dan idgham) dengan mendengung.

HUKUM MEMBACA RA – BELAJAR TAJWID AL-QURAN

Hukum bacaan Ra terbagi menjadi tiga,yaitu:
Ra dibaca Tafkhim artinya tebal , apabila keadaannya sbb:
1. Ra berharkat fathah اَلرَّسُوْلَ
2. Ra berharkat dhummah رُحَمَاءِ
3. Ra diwakafkan sebelumnya huruf yang berharkat fathah atau Dhummah يَنْصُرُ- َاْلاَبْتَرُ
4. Ra sukun sebelumnya huruf yang berbaris fathah atau dhummah تُرْجَعُوْنَ- يَرْحَمٌ
5. Ra sukun karena wakaf sebelumnya terdapat alif atau wau yang mati اَلْغَفُوْرُ-اَلْجَبَّارُ
6. Bila ra terletak sesudah Hamzah Washal اُرْكُضْ- اِرْحَمْنَا

Catatan : Hamzah Washal adalah Hamzah yang apabila terletak dia diawal dibaca, tetapi kalau ada yang mendahuluinya dia tidak dibaca
Ra dibaca tarqiq (tipis) atau Tarkik apabila keadaannya sebagai berikut:
Ra dibaca Tarkik bila:
1.Ra berharkat kasrah رِحْلَةَ الشّتَاءِ _ تَجْرِيْ
2. Ra sukun sebelumnya huruf berharkat kasrah dan sesudahnya bukanlah huruf Ist’la’ فِرْعَوْنَ – مِرْيَةٌ
3. Ra sukun sebelumnya huruf yan berharkat kasrah dan sesudahnya huruf Ist’la’ dalam kata yang terpisah. فَصْبِرْصَبْرًا
4. Ra sukun karena wakaf, sebelumnya huruf berharkat kasrah atau ya sukun.
جَمِيْعٌ مُنْتَصِرٌ – يَوْمَئِذِ لَخَبِيْرٌ
5. Ra sukun karena wakaf sebelumnya bukan huruf huruf Isti’la’dan sebelumnya didahului oleh huruf yang berbaris kasrah. ذِيْ الذِّكْر
huruf Isti’lak ialah melafalkan huruf dengan mengangkat pangkal lidah kelangit-langit yang mengakibatkan hurfnya besar ق ص ض ظ ط غ خ
Ra boleh dibaca tafkhim atau tarqiq:
Ra dibaca tarkik dan tafkhim bila:
1. Ra sukun sebelumnya berharkat kasrah dan sesudahnya huruf Isti’la’ berharkat kasrah atau Kasratain. مِنْ عِرْضِهِ – بِحِرْص
2. Ra sukun karena wakaf, sebelumnya huruf Isti’la’ yang berbaris mati, yang diawali dengan huruf yang berharkat kasrah. الْقِطْرِ – مِصْرِ

HUKUM BACAAN MAAD – BELAJAR TAJWID AL-QURAN

Pengertian dari mad adalah memanjangkan suara suatu bacaan. Huruf mad ada tiga yaitu : ا و ي
Jenis mad terbagi 2 macam, yaitu :

1. MAD ASHLI / MAD THOBI’I

Mad Ashli / mad thobi’I terjadi apabila :
– huruf berbaris fathah bertemu dengan alif
– huruf berbaris kasroh bertemu dengan ya mati
– huruf berbaris dhommah bertemu dengan wawu mati
Panjangnya adalah 1 alif atau dua harokat.
contoh :

2. MAD FAR’I

Adapun jenis mad far’i ini terdiri dari 13 macam, yaitu :
MAD WAJIB MUTTASHIL
Yaitu setiap mad thobi’i bertemu dengan hamzah dalam satu kata. Panjangnya adalah 5 harokat atau 2,5 alif. (harokat = ketukan/panjang setiap suara)
Contoh :
جاء- جِيء – سُوء
MAD JAIZ MUNFASHIL
Yaitu setiap mad thobi’i bertemu dengan hamzah dalam kata yang berbeda.
Panjangnya adalah 2, 4, atau 6 harokat (1, 2, atau 3 alif).
Contoh :
إنا أنزلناه – قوا أنفسكم – يا أيها الناس
MAD ARIDH LISUKUUN
Yaitu setiap mad thobi’i bertemu dengan huruf hidup dalam satu kalimat dan dibaca waqof (berhenti).
Panjangnya adalah 2, 4, atau 6 harokat (1, 2, atau 3 alif). Apabila tidak dibaca waqof, maka hukumnya kembali seperti mad thobi’i.
Contoh :
خالدون – هذا الكتاب – يوم الدين
MAD BADAL
Yaitu mad pengganti huruf hamzah di awal kata. Lambang mad madal ini biasanya berupa tanda baris atau kasroh tegak .
Panjangnya adalah 2 harokat (1 alif)
Contoh :
أمن asalnya اَاْمَنَ
MAD ‘IWAD
Yaitu mad yang terjai apabila pada akhir kalimat terdapat huruf yang berbaris fathatain dan dibaca waqof.
Panjangnya 2 harokat (1 alif).
Contoh :
سميعا – عليما – بصيرا
MAD LAZIM MUTSAQQOL KALIMI
Yaitu bila mad thobi’i bertemu dengan huruf yang bertasydid.
Panjangnya adalah 6 harokat (3 alif).
Contoh :
من دبة – الحاقة – ولا الضالين
MAD LAZIM MUKHOFFAF KALIMI
Yaitu bila mad thobi’i bertemu dengan huruf sukun atau mati.
Panjangnya adalah 6 harokat (3 alif).
Contoh :
آلآن asalnya االآن
MAD LAZIM HARFI MUSYBA’
Mad ini terjadi hanya pada awal surat dalam al-qur’an. Huruf mad ini ada delapan, yaitu :
نَقَصَ عَسَلُكُمْ (م، ك، ل، س، ع، ص، ق، ن)
Panjangnya adalah 6 harokat (3 alif)
Contoh :
المّ
MAD LAZIM MUKHOFFAF HARFI
Mad ini juga terjadi hanya pada awal surat dalam al-qur’an. Huruf mad ini ada lima, yaitu : ح - ر - ط - ه - ي = حَيٌّ طَهُرَ
Panjangnya adalah 2 harokat.
Contoh :
حٰم     طٰهٰ
MAD LAYYIN
Mad ini terjadi bila :
huruf berbaris fathah bertemu wawu mati atau ya mati, kemudian terdapat huruf lain yg juga mempunyai baris.
Mad ini terjadi di akhir kalimat kalimat yang dibaca waqof (berhenti).
Panjang mad ini adalah 2 – 6 harokat ( 1 – 3 alif).
Contoh :
من خوف – هذا البيت
MAD SHILAH
Mad ini terjadi pada huruf “ha” di akhir kata yang merupakan dhomir muzdakkar mufrod lilghoib (kata ganti orang ke-3 laki-laki).
Syarat yang harus ada dalam mad ini adalah bahwa huruf sebelum dan sesudah “ha” dhomir harus berbaris hidup dan bukan mati/sukun.
Mad shilah terbagi 2, yaitu :
-         Mad Shilah Qashiroh
Terjadi bila setelah “ha” dhomir terdapat huruf selain hamzah. Dan biasanya mad ini dilambangkan dengan baris fathah tegak, kasroh tegak, atau dhommah terbalik pada huruf “ha” dhomir.
Panjangnya adalah 2 harokat (1 alif).
Contoh  :
له - ربه
-         Mad Shilah Thowilah
Terjadi bila setelah “ha” dhomir terdapat huruf hamzah.
Panjangnya adalah 2-5 harokat (1 – 2,5 alif).
Contoh : ما له إذا تردّى – عنده إلا بإذنه
 
MAD FARQU
Terjadi bila mad badal bertemu dengan huruf yang bertasydid dan untuk membedakan antara kalimat istifham (pertanyaan) dengan sebuutan/berita.
Panjangnya 6 harokat.
Contoh :
قل آلذكرين asalnya adalah قل االذكرين
قل آلله asalanya adalah قل االله
MAD TAMKIN
Terjadi bila 2 buah huruf ya bertemu dalam satu kalimat, di mana ya pertama berbaris kasroh dan bertasydid dan ya kedua berbaris sukun/mati.
Panjangnya 2 – 6 harokat (1 – 3 alif).
Contoh :
حيّيتم – أميين – والنبيين

HUKUM MIM MATI

Mim mati (مْ) bila bertemu dengan huruf hijaiyyah, hukumnya ada tiga, yaitu:
1)    ikhfa syafawi,
2)    idgham mim, dan
3)    izhar syafawi.

IKHFA SYAFAWI (إخفاء سفوى)

Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan ba (ب), maka cara membacanya harus dibunyikan samar-samar di bibir dan didengungkan.

IDGHAM MIMI ( إدغام ميمى)

Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan mim (مْ), maka cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasyidkan dan wajib dibaca dengung.Idgham mimi disebut juga idgham mislain atau mutamasilain.

IZHAR SYAFAWI (إظهار سفوى)

Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim (مْ) dan ba (ب), maka cara membacanya dengan jelas di bibir dan mulut tertutup

HUKUM QALQALAH

Pengertian Qalqalah : Menurut bahasa qalqalah artinya gerak, sedangkan menurut istilah qalqalah adalah bunyi huruf yang memantul bila ia mati atau dimatikan, atau suara membalik dengan bunyi rangkap.
Adapun huruf qalqalah terdiri atas lima huruf, yaitu : ق , ط , ب , ج , د agar mudah dihafal dirangkai menjadi قُطْبُ جَدٍ
Macam-macam Qalqalah
Qalqalah kubra (besar) yaitu Huruf Qalqalah yang berbaris hidup, dimatikan karena waqaf. inilah Qalqalah yang paling utama, cara membacanya dikeraskan qalqalahnya.
Contoh :
مَا خَلَقَ . أُوْلُوا اْلأَلْبَابِ . زَوْجٍ بَهِيْجٍ
Qalqalah Sugra (kecil) yaitu Huruf Qalqalah yang berbaris mati, tetapi tidak waqaf padanya,caranya membacanya kurang dikeraskan Qalqalahnya.
Contoh :
يَقْطَعُوْنَ إِلاَّ إِبْلِيْسَ وَمَا أَدْرَاكَ

HUKUM BACAAN ALIF LAM – BELAJAR TAJWID ALQURAN

Dalam ilmu tajwid dikenal hukum bacaan alif lam ( ال ). Hukum bacaan alim lam (ال) menyatakan bahwa apabila huruf alim lam ( ال ) bertemu dengan huruf-huruf hijaiyah, maka cara membaca huruf alif lam ( ال ) tersebut terbagi atas dua macam, yaitu alif lam ( ال ) syamsiyah dan alif lam ( ال ) qamariyah

1. PENGERTIAN HUKUM BACAAN “AL” SYAMSIYAH.

“Al” Syamsiyah adalah “Al” atau alif lam mati yang bertemu dengan salah satu huruf syamsiyah dan dibacanya lebur/idghom (bunyi “al’ tidak dibaca).
Huruf-huruf tersebut adalah ت ث د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ل ن
Ciri-ciri hukum bacaan “Al” Syamsiyah:
a. Dibacanya dileburkan/idghom
b. Ada tanda tasydid/syiddah (
ّ ) di atas huruf yang terletak setelah alif lam mati => الـــّ
Contoh:
وَالشَّمْسِ يَوْمُ الدِّيْنِ وَالضُّحَى

2. PENGERTIAN HUKUM BACAAN “AL” QAMARIYAH

“Al” Qamariyah adalah “Al” atau alif lam mati yang bertemu dengan salah satu huruf qamariyah dan dibacanya jelas/izhar.
Huruf-huruf tersebut adalah : ا ب ج ح خ ع غ ف ق ك م و ه ي
Ciri-ciri hukum bacaan “Al” Qamariyah:
a. Dibacanya jelas/izhar
b. Ada tanda sukun (
ْ) di atas huruf alif lam mati => الْ
Contoh:
اَلْهَادِى وَالْحَمْدُ بِاْلإِيْمَانِ

TANDA-TANDA WAKAF – BELAJAR TAJWID AL-QURAN

Waqaf artinya berhenti, yaitu berhenti ketika membaca ayat-ayat Al-Qur’an baik di akhir ayat atau di pertengahan ayat.
Baca Juga: Macam Macam Waqaf dan Contohnya Dalam Ilmu Tajwid
Adapun tanda-tanda waqaf antara lain :
مـ  waqof lazim  = harus berhenti
لا waqof mamnu’  = tidak boleh berhenti
ج Waqof jaiz = boleh berhenti / boleh melanjutkan
صلى washol ‘ula = disambung lebih utama
ز  waqof  mujawwaz  = boleh berhenti
قف قلى  Al-waqful  ula  = berhenti lebih utama
ط  waqof  mutlaq = boleh berhenti boleh tidak
ق  Qiila ‘alaihi waqof = dikatakan di sini boleh berhenti
ك  Kadzalik = Seperti Waqof sebelumnya
ص  Waqof Murokhosh  = Boleh Behenti
؞  Bila berhenti, maka berhentilah pada salah satu tanda tersebut, dan jangan berhenti pada dua tanda teersebut sekaligus